SahabatQQTraveling - Pati adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Pati yang terletak di tengah-tengah wilayah kabupaten, berada di jalur pantura Semarang-Surabaya, sekitar 75 km sebelah timur Semarang. Jalur ini merupakan jalur ramai yang menunjukkan diri sebagai jalur transit. Jalur melewati Kota Pati ada dua: dalam kota dan jalur lingkar Pati.
SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya
Kabupaten ini terkenal dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Selain berarti bahwa Pati memiliki lahan sawah yang cukup luas, makna “Bumi Mina Tani” juga merupakan akronim Berdaya-Upaya-Menuju-Identitas-Makmur-Ideal-Normatif-Adil-Tertib-Aman-Nyaman-Indah.
Kabupaten Pati terdiri dari 21 kecamatan, lima kelurahan, dan 401 desa. Penduduk kabupaten Pati berjumlah 1.324.188 jiwa pada akhir 2020. Pati juga merupakan tempat kelahiran sejumlah tokoh dan selebritas Indonesia, seperti Kwik Kian Gie, Ismail Saleh, Ribut Waidi, Soimah, dan Sigit Hardadi.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran rendah. Sungai terbesar adalah Sungai Juwana, yang bermuara di daerah Juwana. Pati memiliki sungai besar yaitu Bengawan Silugonggo (Sungai Silugonggo). Saat musim penghujan sungai ini sering meluap. Tata kelola sungai ini ditangani oleh Balai Pengelolan Sumber Daya Air (PSDA) Serang Lusi Juana (Seluna).
Bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora) terdapat rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian barat laut (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa perbukitan. Bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Rembang.
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Pati.
1. Hari Jadi
Hari Jadi Kabupaten Pati yang diperingati setiap 7 Agustus dimulai dari 1323. Dengan begitu, usia Pati diperkirakan sudah 698 tahun. Hal itu didasarkan pada kesepakatan bersama melalui sebuah forum yang melibatkan guru, dosen, hingga konsultan pada September 1993.
Penetapan itu didasarkan pada prasasti Tuhanaru di Mojokerto yang diperkirakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Dalam prasasti tersebut tertulis kata “Arya Pati-Pati Pukapat” yang ditafsirkan sebagai pisowanan agung penguasa Kadipaten Pati ke Kerajaan Majapahit. Dari sana, Pati disebut-sebut sudah eksis dari 1323.
Namun, ada pendapat lain yang menyebut eksistensi Pati sebagai sebuah daerah baru dimulai pada 1518. Hal itu didasarkan pada catatan sejarawan Belanda de Graaf yang menyebut nama “Kayu Bralit” sebagai Bupati Pati pertama.
Kalau sejarawan Belanda mencatat Bupati Pati pertama pada 1518, artinya usia Pati sekarang ini baru 503 tahun. Usia ini hampir sama dengan Kerajaan Demak yang peradabannya satu tingkat masih muda dari Majapahit, kendati wilayah Pati dulu mungkin sudah ada.
2. Julukan Pati
Pati punya berbagai julukan. Salah satunya adalah kota kacang. Julukan Kota Kacang didapat karena di Pati ada dua pabrik kacang terbesar di Indonesia, yaitu pabrik Kacang Garuda yang berada di timur kota (Pati-Juwana) dan Kacang Dua Kelinci yang lokasinya di barat kota, yaitu di Jalan Raya Pati-Kudus.
Julukan lainnya adalah Kota Pensiunan. Daerah ini ternyata sebagian besar dihuni oleh para pensiunan yang lahir atau dibesarkan di Pati. Ada juga ada warga pensiunan dari luar kota menghabiskan masa tuanya di Pati. Penyebabnya beragam, bisa jadi karena Kabupaten Pati sangat tenang dan cukup jauh dari kota besar sehingga tidak terlalu bising suasananya.
Di sana juga masih banyak daerah berupa pedesaan/perkampungan.Sedangkan para pemudanya memilih mencari kerja di tempat lain atau merantau ke luar negeri sebagai TKI/TKW, karena minimnya industri di kota ini.
Pati juga dijuluki Hogwarts van Java. Hogwarts adalah nama sekolah sihir fiksi di novel Harry Potter. Alasannya, karena di Pati banyak yang menekuni ilmu-ilmu mistis. Selain itu, dan dari tempat inilah banyak lahir para ahli supranatural di Indonesia. Selain ahli supranatural, di Pati juga terdapat berbagai macam dukun yaitu dukun melahirkan, dukun pijat, dan berbagai jenis dukun lainnya.
3. Wisata Pati
Kabupaten Pati memilik beragam destinasi wisata yang menarik, mulai dari wisata alam sampai wisata religi. Untuk wisata alam, ada Air Terjun Grenjengan Sewu di desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal. Grenjengan Sewu banyak disebut sebagai air terjun terindah di jawa Tengah dari sekian banyak air terjun di provinsi tersebut.
Dengan lebar mencapai 2 meter, terletak pada ketinggian 600 mdpl, menjadikan tempat ini sejuk dan berhawa dingin. Airnya tidak akan menyusut meskipun sedang musim kemarau. Pada musim penghujan air terjun ini sangat deras dan lebar sehingga dijuluki grenjengan seribu (sewu).
Wisata alam lainnya adalah Air Terjun Nglarangan, Air Terjun Tedunan, Arga Pesona, Waduk Gunung RoWo, Sitilihur, Danau Terpus Beketel, Curug Tadah Hujan, dan lain-lain. Sedangkan, wisata sejarah bisa dilakukan dengan mengunjungi berbagai tempat ibadah seperti Masjid Agung Pati, Pintu Gerbang Majapahit, di Desa Muktiharjo/RendoleLalu ada Masjid Syekh Ahmad Mutamakkin (masjid keramat yang tidak bisa diubah bangunannya seperti halnya Masjid Demak.
Ada juga Petilasan Syekh Jangkung, di Desa kayen, Genuk Kemiri di Dukuh Kemiri, Desa Kalidoro dan beberapa tempat lainnya. Untuk wisata keluarga, beberapa tempat wisata yang dikenal antara lain, Juwana Water Fantasy, Byar-Byur Water Park, di Desa Winong, Sendang Tirta Marta Sani, dan Kebun Binatang TPA Pati, di Desa Banyuurip
Sedangkan untuk wisata religi, Pati banyak tempat wisata ziarah terutama makam para tokoh dan pemuka agama. Salah satunya, Makam Nyai Ageng Ngerang, di Desa Tambakromo. Ia adalah ulama wanita yang semasa dengan Dewan Walisongo yang menyebarkan agama Islam di daerah Juwana dan daerah lereng pegunungan Kendeng Pati Selatan sampai akhir hayatnya. Ia dimakamkan di Pedukuhan Ngerang Desa Tambakromo, Pati, Jawa Tengah.
4. Penghasil Manggis
Kabupaten Pati bersama Cilacap merupakan penghasil manggis terbesar atau terbanyak di Jawa Tengah. Selain membanjiri pasar Jawa Tengah, manggus juga dikirim ke Jakarta, Surabaya dan Bandung.
Salah satu penghasil manggis terbesar adalah Desa Gunungsari di Kecamatan Tlogowungu, Selain menghasilkan manggis, desa ini juga termasuk desa wisata. Selain manggis, Desa Gunungsari juga dikenal sebagai penghasil buah langsat dan kopi.
5. Kuliner Khas Pati
Ada banyak kuliner khas dari Pati. Salah satunya adalah Sego Tewel. Kuliner ini berupa nasi dan sayur nangka. Biasanya, menu ini disajikan di atas piring yang telah dilapisi daun jati. Sego Tewel banyak dijumpai di Desa Tambakromo dan harganya sangat terjangkau.
Ada pula Nasi Gandul yang berupa jerohan, lidah atau daging sapi sebagai bahan utamanya. Daging sapi diolah dengan rempah-rempah antara lain, di antaranya jinten, kencur, jahe, terasi bakar dan gula merah, yang menciptakan aroma yang khas dan rasa yang manis. Nasi gandul biasanya disajikan bersama lauk tambahan seperti tempe goreng, telur bacem atau perkedel, serta disajikan di atas piring dengan alas daun pisang.
Lalu, ada Mangut Ndas Manyung yaitu kepala ikan Manyung. Hidangan bersantan ini bercita rasa pedas dan nikmat dikonsumsi selagi hangat atau panas. Makanan khas lainnya adalah Sarang Madu yang terbuat dari tepung beras ketan yang dipadu dengan tepung beras biasa.
Kedua bahan tersebut dicampur dengan aturan sajian tertentu, dan dilarutkan dalam air hingga menyatu dan cukup mengental. Diperlukan keahlian khusus agar adonan bisa terbentuk seperti sarang madu. Kemudian, adonan tersebut diberi larutan gula jawa, sehingga rasanya manis. Makanan ini juga sering dijadikan buah tangan saat berkunjung ke Pati. SahabatQQ
6. Peninggalan Bersejarah
Pati juga memiliki tempat-tempat serta situs sejarah yang masih terjaga hingga saat ini, seperti : pintu gerbang Majapahit, situs genuk kemiri, candi Kayen, penthol Blaru, pabrik Jolong, Masjid Agung Pati, PG Trangkil, dan Jalan Sudirman.
Konon katanya, pintu gerbang Majapahit ini dibuat sekitar abad ke-15 dan singgah di Kabupaten Pati pada masa Walisongo. Dahulu, pintu ini diambil dari Trowulan di Jawa Timur oleh putra Sunan Muria. Pintu ini berada tak jauh dari pusat kota, tepatnya di Desa Rendole, Kecamatan Margorejo, sekitar 400 meter dari SMK Negeri 2 Pati. Menurut sejarah, sebelum diserahkan kepada Sunan Muria, pintu ini sempat dijadikan perebutan antara putra Sunan Muria dengan Raden Ronggo hingga akhirnya dietakkan di Rendole.
Peninggalan sejarah yang satu ini terletak di Desa Kemiri. Di sana ada pohon beringin yang usianya lebih tua dari beringin yang ada di alun-alun Yogyakarta dan Surakarta. Selain kaya akan cerita sejarahnya, daerah ini juga pas untuk dijadikan tempat kumpul-kumpul maupun latihan olahraga. Agen Domino99
0 Komentar