Travelsahabatqq - Potensi wisata Bali tak perlu diragukan lagi. Pulau Dewata menjadi andalan Indonesia untuk mendulang devisa dari kedatangan wisatawan, khususnya dari mancanegara.
Di antara sederet destinasi yang ditawarkan, terselip sederet desa wisata yang memesona. Salah satu yang paling dikenal tentu Desa Wisata Penglipuran yang pernah didapuk salah satu desa terbersih di dunia.
Tentu, bukan satu itu saja yang dimiliki. Terlebih, desa wisata kini gencar dipromosikan Kemenparekraf/Baparekraf untuk membangkitkan kembali denyut ekonomi dari pariwisata. Lewat Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021, sejumlah desa wisata di Bali masuk dalam daftar nominasi 50 Besar Desa Wisata Terbaik.
ADWI 2021 mengangkat tema Indonesia Bangkit. Diharapkan dengan tema ini dapat mendorong semangat para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (ekraf) agar kembali bangkit pasca-COVID-19.
Penilaian untuk ajang ini terdiri dari tujuh macam kategori penilaian yaitu, penerapan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environmental Sustainability), Desa Digital, Souvenir, Daya Tarik Wisata (alam, budaya, dan buatan), Konten Kreatif, Homestay, dan Toilet.
Apa saja desa wisata yang menarik untuk kembali dikunjungi di Bali?
1. Desa Wisata Tenganan Pegringsingan
Desa Wisata Tenganan atau biasa disebut sebagai Tenganan Pegringsingan berada di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Desa ini merupakan salah satu desa kuno di Bali.
Pola kehidupan masyarakat di desa ini mencerminkan kebudayaan dan adat istiadat desa Bali Aga atau zaman pra-Hindu. Desa ini memiliki daya tarik tersendiri, salah satunya ritual adat yang bernama Mekare-kare. Mekare-kare dikenal juga sebagai tari perang.
Ritual adat Mekare-kare atau perang pandan merupakan ritual untuk memuja Dewa Indra sebagai Dewa Perang. Ritual ini merupakan bentuk adu ketangkasan dan keberanian seperti orang yang sedang berperang. Para peserta yang terlibat harus membawa sejumlah peralatan, seperti tamiang yaitu perisai yang terbuat dari anyaman rotan dan senjata daun pandan berduri.
Desa Carangsari berada di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, sekitar 22 kilometer dari ibu kota Kabupaten Badung. Desa ini merupakan tempat kelahiran salah satu pahlawan Kemerdekaan Indonesia, I Gusti Ngurah Rai.
Desa Carangsari memiliki semboyan Carangsari The Historical Village yang berarti desa ini kental dengan nuansa sejarah. Terdapat monumen I Gusti Ngurah Rai, pura, atraksi budaya, serta pemandangan alam yang ada di desa ini.
Salah satu kesenian yang ada di Desa Carangsari yaitu Topeng Tugek. Topeng Tugek merupakan pertunjukan topeng dengan tokoh-tokoh lucu, tetapi mengandung nilai positif. Tarian yang dipopulerkan oleh maestro tari topeng I Gusti Ngurah Widya ini, tidak hanya tampil di Indonesia saja, tetapi sampai ke Amerika.
3. Desa Wisata Sudaji
Desa Sudaji berada di Kabupaten Buleleng yang merupakan desa tua yang konon bernama Sariaji. Lainnya mengatakan nama desa ini berasal dari kata Suda Aji (sudaji) yang dapat diartikan sebagai suda yakni bersih dan aji berarti ajaran.
Beberapa objek wisata dapat ditemukan di desa ini, baik wisata alam maupun wisata budaya, antara lain arung jeram dan tradisi bukakak sudaji. Desa wisata ini juga turut berpartisipasi dalam daftar 300 Besar Desa Wisata Terbaik ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 yang diadakan oleh Kemenparekraf/Baparekraf.
4. Desa Wisata Ekasari
Desa Ekasari berada di Kabupaten Jembrana dengan luas desa 1.520,44 hektare. Desa ini memiliki beragam objek wisata alam yang menarik, seperti Bendungan Palasari dan Agrowisata Kakao.
Selain itu, terdapat pula Goa Maria, gereja tua Katolik Palasari, dan Kampoeng Palarejo yang biasa digunakan sebagai tempat untuk berfoto. Desa Wisata Ekasari masuk dalam daftar 100 Besar Desa Wisata Terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 yang diadakan oleh Kemenparekraf/Baparekraf.
5. Desa Wisata Jatiluwih
Desa wisata Jatiluwih berada di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, dengan bentuk desa yang mengikuti kontur tanah bertingkat. Kontur tanah ini dimanfaatkan oleh warga untuk dibuat menjadi persawahan. Bentuk sawah yang ada di desa ini tidak dapat dipisahkan dari sistem irigasi tradisional subak yang merupakan metode yang telah dilestarikan selama berabad-abad.
Subak merupakan organisasi masyarakat petani di Bali yang mengatur tentang sistem irigasi sawah. Sistem Subak ini merupakan perwujudan dari konsep Tri Hita Karana. Tri Hita Karana merupakan kesadaran manusia untuk perlu menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam pada hidup sehari-hari.
Pada Juni 2012, UNESCO mengakui Jatiluwih sebagai bagian dari warisan budaya dunia yang berdampak pada pelarangan pembangunan hotel berbintang, kecuali fasilitas pariwisata yang mendukung pelestarian desa.
6. Desa Wisata Mas
Desa Mas terletak di Kabupaten Gianyar yang dikenal sebagai pusat pemahat di Pulau Bali. Masyarakat desa banyak yang menggantungkan hidupnya pada kerajinan tangan itu, di samping bertani dan berladang. Selain itu, berbagai kesenian yang dapat dijumpai di desa ini antara lain, tari topeng, gamelan selonding, dan wayang kulit.
Desa wisata ini dirintis lantaran kurangnya lapangan pekerjaan yang menyebabkan kemiskinan. Desa Mas akhirnya mengajukan proposal kepada Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menggunakan hasil penelitian mahasiswi Belanda berjudul Community Base Tourism (CBT) di Desa Mas, pada 2010.
Akhirnya pada 2013 dan 2014, Desa Mas mendapatkan program PNPM mandiri Desa Wisata. Desa Mas turut ikut serta dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 yang diadakan oleh Kemenparekraf/Baparekraf dan masuk dalam 300 Besar Desa Terbaik. Domino99
0 Komentar